Disaat ini tayangan-tayangan sudah sangat mudah diakses seperti Televisi, TV kabel kemudian internet terutama sekarang di masa pandemi bulan ramadhan paling asik adalah online dengan gadget. Diperlukan strategi khusus agar kita bisa membatasi penggunaan internet supaya tidak terlalu berpengaruh terhadap psikologis serta pola pikir kita.
Pengguna Internet di Indonesia dari data pada tahun 2020 menyentuh angka 202 juta jiwa dari total 274 juta jiwa penduduk Indonesia, sisanya adalah yang tidak punya kemampuan akses internet seperti balita lansia jadi bisa dikatakan ini sudah mendekati penetrasi penuh. Dengan jumlah pengguna internet yang besar, Indonesia mencatatkan beberapa rekor di bidang digital salah satunya ekonomi digital seperti yang diungkapkan oleh Dr. Muhammad Sufyan Abd dosen Digital PR Telkom University dalam acara Radio talkshow dengan tema Penggunaan Internet Saat Bulan Ramadhan pada hari jumat tanggal 23 April 2020.
“Dari 202 juta ini ternyata ada data yang mencengangkan ya karena dari angka tersebut kita memperoleh beberapa rekor juara di Asia Tenggara.
Contoh gini jadi e-commerce itu yang lebih besarnya ya ekonomi digital di kita itu pertumbuhannya 49% per tahun 2020 paling tinggi se Asia bukan Asia Tenggara, lalu kemudian yang sudah pasti negara kita sangat sosialis dari 202 juta 170 jutanya pengguna media sosial” ujar dosen yang akrab dipanggil Sufyan ini.
Kecenderungan Kecanduan Internet
Secara natural karena Indonesia pengguna 5 besar media sosial seluruh dunia. Ditambah dengan salah satu karakter masyarakat Indonesia yang suka mengobrol kemudian ketika di dukung dengan ada media sosial maka sifat-sifat dasar orang indonesia yang suka ngobrol senang komunikasi itu difasilitasi dengan WA grup dengan Facebook dan media sosial lainya jadi sifat dasar masyarakat kita secara natural itu pasti akan kecanduan internet.
“Naturalnya masyarakat indonesia senang ngobrol jadi ketika ada internet terfasilitasi dan dampaknya powerfull, jadi internet ini netral tidak punya keberpihakan menguntungkan ataupun merugikan.” turut Sufyan. Dari statistik yang ada kita tidak mungkin dapat melepaskan diri dari internet oleh karena itu otomatis sama seperti sama 2 .sisi mata uang yang mempunyai nilai plus dan negatif, akan muncul dengan sendirinya dan itu tidak terhindarkan. Nah disini kontrol dari diri sendiri menjadi penting.
“Tinggal bagaimana kita memastikan benahi 2 sisi mata uang, tinggal kita memastikan lebih banyak sisi positif yang kita ambil dari pada negatifnya itu. Memang perlu self control tiada lain tiada bukan kontrolnya hanya dari kita sendiri” Ujar Sufyan.
Cara Mengurangi Dampak Negatif Penggunaan Internet
Adanya 2 sisi dari penggunaan Internet kita harus mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan Internet diantaranya dengan membatasi penggunaan internet dengan melakukan hobi yang kita sukai apapun itu misalkan hobi memelihara tanaman serta menanamkan disiplin pada diri kita sendiri.
“Hobi itu tetap kita perlukan selain tentunya ada jam-jam tertentu kita harus disiplin kalo misalkan sudah lewat jam 9 jam 10 ya sudah dimatikan(Internet).” ungkap dosen Digital PR ini. Kompensasi dari pembatasan penggunaan internet juga harus diperhatikan seperti kita harus menyediakan buku-buku atau mainan yang sifatnya motorik. Selain membatasi penggunaan internet kita juga harus mengarahkan pengguna internet menjadi produsen bukan konsumen dengan begitu selain mengurangi penggunaan internet masyarakatnya juga jadi produktif serta mendapatkan hasil atau pemasukan dari internet.
“Disini kita harus dorong masyarakat kita ini dan menurut saya ini ada tren bagus daripada candu internet rata-rata semuanya jadi produser kalo selama ini jadi consumer aja mengkonsumsi saja. Nah menurut saya harus ada keberanian untuk itu apapun bentuknya mau bentuknya film youtuber. Menurut saya itu jauh lebih produktif dan dia kecenderungan untuk benar-benar di depan internetnya akan hilang. Karena dia ketika jadi Youtuber mau tidak mau harus ngedit, harus bservasi supaya banyak penontonnya harus shooting dan seterusnya.” tutur Sufyan.